RAMBU-RAMBU
PENYUSUNAN LESSON PLAN
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY
A. RASIONAL
Lesson study adalah suatu
model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning. Lesson study
dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan
(merencanakan), do (melaksanakan),
dan see (merefleksikan) yang secara
bersiklus dan berkelanjutan. Lesson study
merupakan salah satu wujud pengembangan komunitas belajar (learning community)
Secara singkat,
lesson study bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran. Pengkajian
pembelajaran yang telah dirancang secara kolaboratif atau individual oleh
guru/dosen model dimaksudkan untuk mengases dan mengevaluasi efektivitas dan
efesiensi pembelajaran. Jika kegiatan lesson
study dilakukan secara berkala dan berkelanjutan maka diharapkan akan dapat
meningkatkan keprofesionalan secara bertahap, khususnya yang terkait dengan
kompetensi profesional dan pedagogis. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kegiatan lesson study selalu terjadi
kolaborasi dan sharing mulai dari
tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi (open lesson/open class), sampai refleksi dan revisi rencana pembelajaran.
Sesungguhnya
inti dari kegiatan lesson study
adalah apabila guru atau dosen mau membuka kelas (pembelajaran) untuk diamati
oleh sejawat atau komponen stakeholders pendidikan
yang lainnya, kemudian direfleksi. Untuk melaksanakan open lesson diperlukan persiapan, yakni menyusun rencana
pembelajaran (lesson plan) dengan
perangkat-perangkat lainnya. Selain itu untuk pelaksaan obervasi dan refleksi
diperlukan beberapa kelengkapan lainnya. Dalam makalah singkat ini akan
diuraikan rambu-rambu mempersiapkan pelaksanaan open lesson, khususnya penyusunan “lesson plan” dan penyusunan “action plan” dalam pengembangan dalam
pelaksanaan perkuliahan di jurusan.
B.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LESSON PLAN
Dalam praktik pelaksanaan lesson study di sekolah (SMP/SMA) yang
dikembangkan oleh Program SISTTEM (Strengthening
In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior
Secondary Level; 2006 -2008), dan PELITA (Program for Enhancing Quality of Junior
Secondary Enducation; 2009-2012) bersama
JICA (Japan International Cooperation
Agency) wujud dari lesson plan
yang disusun oleh guru di MGMP antara berupa RPP dan perangkat pembelajaran
lainnya.
1.
RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP disusun
oleh guru-guru di MGMP di
bawah
koordinasi guru fasilitator MGMP dengan bantuan dari dosen pendamping (dari
FMIPA UM), serta mengacu pada silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah.
Tahap-tahap penyusunan RPP dalam tahap perencaan pembelajaran (plan) antara lain:
a.
Pemilihan topik pembelajaran
Pemilihan topik
didasarkan atas pertimbangan tingkat kesulitan materi ajar atau kesulitan untuk
mengajarkannya (membelajarkan), atau urutan materi yang telah dituangkan dalam
Program Semester (Promes) dan silabus.
b.
Menganlisis kurikulum (silabus)
Mengkaji
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan silabus.
c.
Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran.
d.
Penetapan motode dan startegi pembelajaran
Pemilihan
metode dan strategi pembelajaran didasarkan pada karakteristik materi ajar,
tingkat kemampuan berpikir siswa (karakteristik siswa yang akan diajar),
ketersedian sarana dan prasarana pendukung dan media, serta masalah-masalah
pembelajaran yang sering dihadapi oleh guru pada pembelajaran topik tersebut.
e.
Penyusunan skenario pembelajaran
Setelah
ditetapkan metode dan strategi pembelajaran selanjutnya akan disusun langkah-langkah
pembelajaran, mulai dari tahap awal (apersepsi dan motivasi), langkah-langkah
kegiatan ini, dan penutup (pemantapan, konsulidasi, aplikasi).
f.
Penulisan RPP sesuai format yang tetapkan atau
disepakati.
2.
Penyusunan Perangkat Pendukung Pembelajaran
Perangkat-perangkat
pendukung pembelajaran yang umumnya dibuat antara lain berupa: LKS (jika
diperlukan), instrumen asesmen dan evlauasi, bahan ajar (bacaan), dan media
pembelajaran. LKS dibuat sedemikian rupa agar dapat menjadi panduan kerja/belajar
siswa/mahasiswa yang
menuntut kemampuan berpikir kritis, analitis, kreatif dan menemukan atau
memahami konsep-konsep yang dipelajari.
Semua kegiatan
tersebut dilakukan dalam forum diskusi dan bekerja di dalam forum pertemuan
MGMP. Namun demikian sesungguh tidak salah seandainya ada calon guru model yang
menyusun dan mempersiapkan sendiri lesson
plan yang akan dipakai dalam open
lesson.
Menganalogikan
dengan pengalaman penyiapan lesson plan
dalam kegiatan lesson study berbasis
MGMP, maka penyusunan lesson plan
dalam kontek kegiatan lesson study
berbasis jurusan atau rumpun matakuliah atau Kelompok Bidang Keahlian (KBK),
maka tahap-tahap penyusunan lesson plan
disarankan sebagai berikut.
1.
Penetapan topik pembelajaran (perkuliahan)
Topik
pembelajaran yang akan dipakai dalam open
lesson dapat ditetapkan oleh calon dosen model secara individual atau oleh
anggota rumpun matakuliah secara bersama (selanjutnya disebut Tim Lesson study). Pertimbangan yang dapat
digunakan untuk pemilihan topik antara lain tingkat kesulitan materi kuliah,
tingkat kesulitan mengajarkannya, atau urutan penyajian dalam satu semester.
2.
Analisis kurikulum
Kurikulum yang
dimaksudkan dalam konteks ini dapat berupa deskripsi matakuliah dan RPS/SAP yang telah
disusun di awal semester.
3.
Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran.
Disesuaikan
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan topik permbelajaran.
4.
Penetapan metode/strategi pembelajaran
Disesuaikan
dengan karakteristik bahan ajar, kemampuan mahasiswa, ketersediaan
sarana/prasarana/media, permasalahan pembelajaran yang sering ditemui dan
diorientasikan untuk meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran.
5.
Penyusunan skanario pembelajaran
Skenario atau
langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan metode dan strategi
pembelajaran yang dipilih. Setidaknya
ada tiga tahap pokok yang harus dilakukan dosen, yakni membuka pembelajaran,
melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, dan menutup pelajaran. Skenario
pembelajaran sangat berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi pencapaian tujuan
perkuliahan.
6.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP)
Tidak ada
format khusus untuk penulisan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan di Perguruan
Tinggi, namun pada
format umum RPP biasanya berisi hal-hal berikut.
- Identitats (Matakuliah, SKS/JS, Alokasi waktu)
- Skatandar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
- Indikator dan Tujuan Pembelajaran
- Materi Ajar (secara ringkas)
- Metode Pembelajaran
- Langkah-langkah Pembelajaran
- Penilaian/Evaluasi
- Pustaka
7.
Penyusunan atau penyiapan perangkat pendukung
Selain RPP
tentunya masih diperlukan perangkat lain yang mungkin diperlukan seperti LKM
(Lembar Kerja Mahasiswa), bahan bacaan, media pembelajaran, instrumen asesmen,
soal untuk evaluasi, dll.
Catatan:
Dalam konteks pelatihan singkat ini, karena waktu untuk
penyusunan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan terbatas, maka bisa saja RPP disusun
secara lebih singkat dan hanya berisi tentang langkah-langkah pembelajaran
secara yang utama saja atau skenario singkat.
C.
PERANGKAT PENDUKUNG OPEN LESSON
Secara prinsip tidak ada beda antara
pembelajaran rutin dengan pembelajaran dalam konteks open lesson. Namun karena pembelajaran dalam konteks open lesson ada pengamatan dan refleksi
maka diperlukan perangkat dan pengaturan khusus dalam pelaksanaan pembelajaran.
Perangkat pendukung kegiatan open lesson
atara lain berupa denah tempat duduk siswa/mahasiswa, lembar observasi, perekam
kegiatan belajar, rambu-rambu observasi dan refleksi.
1.
Denah tempat duduk siswa
Dalam kegiatan
observasi pembelajaran para pengamat (observer) harus dapat dengan memudah
mengamati fakta/peristiwa belajar yang terjadi dan dengan mudah mengenali
setiap siswa. Oleh karena itu jika mahasiswa dirancang akan melakukan
pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok, maka sebaiknya ada denah tempat duduk
atau kelompok kerja, yang antara lain berisi gambar/denah, nomor dan nama
mahasiswa.
2.
Lembar Observasi
Pada dasarnya
observasi dalam konteks lesson study
difokuskan pada aktivitas belajar siswa/mahasiswa, dan bukan pada
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau dosen. Walaupun
sesungguhnya apa yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar terkait
dengan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengajar. Lesson study bukan microteaching
atau peer teaching. Hal ini perlu
ditegaskan mengingat seringkali pada saat refleksi para observer lebih banyak
mengomentari bahkan mengkritik langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh
guru dari pada aktivitas dan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu agar
observasi terarah pada aspek-aspek yang harus diamati diperlukan lembar
observasi.
Pada dasarnya
lembar observasi yang digunakan dalam kegiatan lesson study merupakan
alat bantu bagi guru atau observer yang sedang dalam proses belajar
mengamati pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pengamatan lebih terarah. Namun
ketika sudah terampil atau mahir dalam observasi cukup menggunakan buku catatan
kosong sebagai alat perekam. Contoh lembar observasi yang pernah digunakan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
3.
Perekam Kegiatan Belajar
Fakta-fakta atau
peristiwa belajar yang menarik dapat direkam dalam bentuk catatan anekdotal
atau direkam melalui kamera foto atau video (jika ada). Selain sebagai alat
dokumentasi, rekaman video atau foto dapat digunakan sebagai bukti otentik yang
akan dirunjuk atau dikemukakan pada saat refleksi. Namun demikian perekaman
tidak menjadi suatu keharusan.
4.
Rambu-rambu Observasi dan Refleksi
Bagi para
pengamat pembelajaran pemula dalam kegiatan lesson
study diperlukan rambu-rambu agar dapat melakukan observasi dengan tepat dan
cermat. Demikian juga dalam pelaksanaan refleksi, diperlukan rambu-rambu agar
komentar dalam forum diskusi refleksi tidak hanya berupa kegiatan mengorek
kekurangan guru atau kritik dan kemudian berlomba memberikan saran. Dalam
rambu-rambu akan dijelaskan antara lain tentang: dimana sebaiknya posisi
observer pada saat mengamati kelas, bagaimana cara mengamati, apa saja yang
harus dicatat, bagaimana cara menyampaikan komentar, bagaiman cara moderator
memimpin diskusi refleksi, dan lain sebagainya. Tentang hal ini secara lebih
mendalam dijelaskan pada Bab 7 (Teknik-teknik Penting dalam Lesson Study) Buku
Lesson Study (oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim, 2008).
D. SETTING KELAS DALAM KEGIATAN OPEN LESSON
Dalam kegiatan open lesson hadir sejumlah pengamat (observer) . Jumlah observer
yang melakukan pengamatan tidak ada ketentuan minimal atau maksimal. Yang
menjadi pertimbangan adalah ketersediaan ruang (space) kelas yang sesuai untuk sejumlah pengamat. Yang pokok, bahwa
para pengamat dapat mengamati secara leluasa dan dapat mendekat ke siswa, agar
dapat mengamati dan mendengarkan dengan jelas apa saja yang dilakukan dan
dibicarakan siswa dalam belajar. Apakah tingkah laku siswa tersebut terkait
atau mendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran? Oleh karena itu ruang
kelas harus ditata sedemikian rupa agar proses open lesson berjalan lancar.
Beberapa rambu yang harus
diperhatikan antara lain:
1.
Ruang kelas yang dipakai harus disesuaikan dengan jumlah
observer yang akan hadir atau sebaliknya jumlah observer dibatasi sesuai dengan
ukuran kelas dan jumlah siswa;
2.
Prinsipnya; observer memiliki ruang untuk berpindah dari
satu sisi ke sisi yang lain untuk mendekat ke siswa yang sedang dalam fokus
pengamatannya dengan tanpa menganggu siswa atau guru;
3.
Jika pembelajaran dilaksanakan dalam setting kerja kelompok, maka harus ada ruang bagi dosen dan
observer untuk mendekati siswa dan dapat berpindah dari satu kelompok ke
kelompok yang lain;
4.
Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak lebih dari 4
orang dengan komposisi yang heterogen dari aspek kemampuan dan gender;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar