Jumat, 06 Juli 2012

Rambu-rambu Penyusunan Lesson Study


RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN LESSON PLAN
DALAM KEGIATAN LESSON STUDY



A.    RASIONAL
Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui peng­kajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual learning. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan) yang secara bersiklus dan berkelanjutan. Lesson study merupakan salah satu wujud pengembangan komunitas belajar (learning community)
Secara singkat, lesson study bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran. Pengkajian pembelajaran yang telah dirancang secara kolaboratif atau individual oleh guru/dosen model dimaksudkan untuk mengases dan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Jika kegiatan lesson study dilakukan secara berkala dan berkelanjutan maka diharapkan akan dapat meningkatkan keprofesionalan secara bertahap, khususnya yang terkait dengan kompetensi profesional dan pedagogis. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan lesson study selalu terjadi kolaborasi dan sharing mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi (open lesson/open class), sampai refleksi dan revisi rencana pembelajaran.
Sesungguhnya inti dari kegiatan lesson study adalah apabila guru atau dosen mau membuka kelas (pembelajaran) untuk diamati oleh sejawat atau komponen stakeholders pendidikan yang lainnya, kemudian direfleksi. Untuk melaksanakan open lesson diperlukan persiapan, yakni menyusun rencana pembelajaran (lesson plan) dengan perangkat-perangkat lainnya. Selain itu untuk pelaksaan obervasi dan refleksi diperlukan beberapa kelengkapan lainnya. Dalam makalah singkat ini akan diuraikan rambu-rambu mempersiapkan pelaksanaan open lesson, khususnya penyusunan “lesson plan” dan penyusunan “action plan” dalam pengembangan dalam pelaksanaan perkuliahan di jurusan.

B. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LESSON PLAN
            Dalam praktik pelaksanaan lesson study di sekolah (SMP/SMA) yang dikembangkan oleh Program SISTTEM (Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior Secondary Level; 2006 -2008), dan  PELITA (Program for Enhancing Quality of Junior Secondary Enducation; 2009-2012) bersama JICA (Japan International Cooperation Agency) wujud dari lesson plan yang disusun oleh guru di MGMP antara berupa RPP dan perangkat pembelajaran lainnya.

1.      RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP disusun oleh guru-guru di MGMP di bawah koordinasi guru fasilitator MGMP dengan bantuan dari dosen pendamping (dari FMIPA UM), serta mengacu pada silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. Tahap-tahap penyusunan RPP dalam tahap perencaan pembelajaran (plan) antara lain:
a.      Pemilihan topik pembelajaran
Pemilihan topik didasarkan atas pertimbangan tingkat kesulitan materi ajar atau kesulitan untuk mengajarkannya (membelajarkan), atau urutan materi yang telah dituangkan dalam Program Semester (Promes) dan silabus.
b.      Menganlisis kurikulum (silabus)
Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan silabus.
c.       Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran.
d.     Penetapan motode dan startegi pembelajaran
Pemilihan metode dan strategi pembelajaran didasarkan pada karakteristik materi ajar, tingkat kemampuan berpikir siswa (karakteristik siswa yang akan diajar), ketersedian sarana dan prasarana pendukung dan media, serta masalah-masalah pembelajaran yang sering dihadapi oleh guru pada pembelajaran topik tersebut.
e.      Penyusunan skenario pembelajaran
Setelah ditetapkan metode dan strategi pembelajaran selanjutnya akan disusun langkah-langkah pembelajaran, mulai dari tahap awal (apersepsi dan motivasi), langkah-langkah kegiatan ini, dan penutup (pemantapan, konsulidasi, aplikasi).
f.        Penulisan RPP sesuai format yang tetapkan atau disepakati.

2. Penyusunan Perangkat Pendukung Pembelajaran
Perangkat-perangkat pendukung pembelajaran yang umumnya dibuat antara lain berupa: LKS (jika diperlukan), instrumen asesmen dan evlauasi, bahan ajar (bacaan), dan media pembelajaran. LKS dibuat sedemikian rupa agar dapat menjadi panduan kerja/belajar siswa/mahasiswa yang menuntut kemampuan berpikir kritis, analitis, kreatif dan menemukan atau memahami konsep-konsep yang dipelajari.

Semua kegiatan tersebut dilakukan dalam forum diskusi dan bekerja di dalam forum pertemuan MGMP. Namun demikian sesungguh tidak salah seandainya ada calon guru model yang menyusun dan mempersiapkan sendiri lesson plan yang akan dipakai dalam open lesson.

            Menganalogikan dengan pengalaman penyiapan lesson plan dalam kegiatan lesson study berbasis MGMP, maka penyusunan lesson plan dalam kontek kegiatan lesson study berbasis jurusan atau rumpun matakuliah atau Kelompok Bidang Keahlian (KBK), maka tahap-tahap penyusunan lesson plan disarankan sebagai berikut.
1.      Penetapan topik pembelajaran (perkuliahan)
Topik pembelajaran yang akan dipakai dalam open lesson dapat ditetapkan oleh calon dosen model secara individual atau oleh anggota rumpun matakuliah secara bersama (selanjutnya disebut Tim Lesson study). Pertimbangan yang dapat digunakan untuk pemilihan topik antara lain tingkat kesulitan materi kuliah, tingkat kesulitan mengajarkannya, atau urutan penyajian dalam satu semester.
2.      Analisis kurikulum
Kurikulum yang dimaksudkan dalam konteks ini dapat berupa deskripsi matakuliah dan RPS/SAP yang telah disusun di awal semester.
3.      Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran.
Disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan topik permbelajaran.
4.      Penetapan metode/strategi pembelajaran
Disesuaikan dengan karakteristik bahan ajar, kemampuan mahasiswa, ketersediaan sarana/prasarana/media, permasalahan pembelajaran yang sering ditemui dan diorientasikan untuk meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran.
5.      Penyusunan skanario pembelajaran
Skenario atau langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan metode dan strategi pembelajaran yang dipilih.  Setidaknya ada tiga tahap pokok yang harus dilakukan dosen, yakni membuka pembelajaran, melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, dan menutup pelajaran. Skenario pembelajaran sangat berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi pencapaian tujuan perkuliahan.
6.      Penulisan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan (RPP)
Tidak ada format khusus untuk penulisan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan di Perguruan Tinggi, namun pada format umum RPP biasanya berisi hal-hal berikut.
    1. Identitats (Matakuliah, SKS/JS, Alokasi waktu)
    2. Skatandar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
    3. Indikator dan Tujuan Pembelajaran
    4. Materi Ajar (secara ringkas)
    5. Metode Pembelajaran
    6. Langkah-langkah Pembelajaran
    7. Penilaian/Evaluasi
    8. Pustaka
7.      Penyusunan atau penyiapan perangkat pendukung
Selain RPP tentunya masih diperlukan perangkat lain yang mungkin diperlukan seperti LKM (Lembar Kerja Mahasiswa), bahan bacaan, media pembelajaran, instrumen asesmen, soal untuk evaluasi,  dll.

Catatan:
Dalam konteks pelatihan singkat ini, karena waktu untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan Perkuliahan terbatas, maka bisa saja RPP disusun secara lebih singkat dan hanya berisi tentang langkah-langkah pembelajaran secara yang utama saja atau skenario singkat.

C. PERANGKAT PENDUKUNG OPEN LESSON
            Secara prinsip tidak ada beda antara pembelajaran rutin dengan pembelajaran dalam konteks open lesson. Namun karena pembelajaran dalam konteks open lesson ada pengamatan dan refleksi maka diperlukan perangkat dan pengaturan khusus dalam pelaksanaan pembelajaran. Perangkat pendukung kegiatan open lesson atara lain berupa denah tempat duduk siswa/mahasiswa, lembar observasi, perekam kegiatan belajar, rambu-rambu observasi dan refleksi.
1.      Denah tempat duduk siswa
Dalam kegiatan observasi pembelajaran para pengamat (observer) harus dapat dengan memudah mengamati fakta/peristiwa belajar yang terjadi dan dengan mudah mengenali setiap siswa. Oleh karena itu jika mahasiswa dirancang akan melakukan pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok, maka sebaiknya ada denah tempat duduk atau kelompok kerja, yang antara lain berisi gambar/denah, nomor dan nama mahasiswa.
2.      Lembar Observasi
Pada dasarnya observasi dalam konteks lesson study difokuskan pada aktivitas belajar siswa/mahasiswa, dan bukan pada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau dosen. Walaupun sesungguhnya apa yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar terkait dengan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengajar. Lesson study bukan microteaching atau peer teaching. Hal ini perlu ditegaskan mengingat seringkali pada saat refleksi para observer lebih banyak mengomentari bahkan mengkritik langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru dari pada aktivitas dan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu agar observasi terarah pada aspek-aspek yang harus diamati diperlukan lembar observasi.
Pada dasarnya lembar observasi yang digunakan dalam kegiatan lesson study merupakan alat bantu bagi guru atau observer yang sedang dalam proses belajar mengamati pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pengamatan lebih terarah. Namun ketika sudah terampil atau mahir dalam observasi cukup menggunakan buku catatan kosong sebagai alat perekam. Contoh lembar observasi yang pernah digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.      Perekam Kegiatan Belajar
Fakta-fakta atau peristiwa belajar yang menarik dapat direkam dalam bentuk catatan anekdotal atau direkam melalui kamera foto atau video (jika ada). Selain sebagai alat dokumentasi, rekaman video atau foto dapat digunakan sebagai bukti otentik yang akan dirunjuk atau dikemukakan pada saat refleksi. Namun demikian perekaman tidak menjadi suatu keharusan.
4.      Rambu-rambu Observasi dan Refleksi
Bagi para pengamat pembelajaran pemula dalam kegiatan lesson study diperlukan rambu-rambu agar dapat melakukan observasi dengan tepat dan cermat. Demikian juga dalam pelaksanaan refleksi, diperlukan rambu-rambu agar komentar dalam forum diskusi refleksi tidak hanya berupa kegiatan mengorek kekurangan guru atau kritik dan kemudian berlomba memberikan saran. Dalam rambu-rambu akan dijelaskan antara lain tentang: dimana sebaiknya posisi observer pada saat mengamati kelas, bagaimana cara mengamati, apa saja yang harus dicatat, bagaimana cara menyampaikan komentar, bagaiman cara moderator memimpin diskusi refleksi, dan lain sebagainya. Tentang hal ini secara lebih mendalam dijelaskan pada Bab 7 (Teknik-teknik Penting dalam Lesson Study) Buku Lesson Study (oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim, 2008).

D. SETTING KELAS DALAM KEGIATAN OPEN LESSON
            Dalam kegiatan open lesson hadir sejumlah pengamat (observer) . Jumlah observer yang melakukan pengamatan tidak ada ketentuan minimal atau maksimal. Yang menjadi pertimbangan adalah ketersediaan ruang (space) kelas yang sesuai untuk sejumlah pengamat. Yang pokok, bahwa para pengamat dapat mengamati secara leluasa dan dapat mendekat ke siswa, agar dapat mengamati dan mendengarkan dengan jelas apa saja yang dilakukan dan dibicarakan siswa dalam belajar. Apakah tingkah laku siswa tersebut terkait atau mendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran? Oleh karena itu ruang kelas harus ditata sedemikian rupa agar proses open lesson berjalan lancar.
            Beberapa rambu yang harus diperhatikan antara lain:
1.      Ruang kelas yang dipakai harus disesuaikan dengan jumlah observer yang akan hadir atau sebaliknya jumlah observer dibatasi sesuai dengan ukuran kelas dan jumlah siswa;
2.      Prinsipnya; observer memiliki ruang untuk berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain untuk mendekat ke siswa yang sedang dalam fokus pengamatannya dengan tanpa menganggu siswa atau guru;
3.      Jika pembelajaran dilaksanakan dalam setting kerja kelompok, maka harus ada ruang bagi dosen dan observer untuk mendekati siswa dan dapat berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain;
4.      Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak lebih dari 4 orang dengan komposisi yang heterogen dari aspek kemampuan dan gender;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar