Rabu, 09 Juli 2014

Kisi-kisi PLPG 2014

Setelah kemarin 3 Juli 2014 di umumkan jadwal pelaksanaan PLPG tentunya kita sekarang bertanya - tanya kira - kira materi apa yang akan di pelajari pada saat PLPG nanti...,perlu di ketahui bersama bahwa diakhir PLPG akan dilaksanakan Uji Kompetensi Akhir PLPG 2014 yaitu Uji Tulis Nasional (UTN) dan Uji Tulis LPTK (UTL) seperti dijelaskan di Buku 4 Rambu-Rambu Pelaksanaan PLPG.
Di harapkan dengan membaca dan mempelajari kisi-kisi materi PLPG ini kita dapat mengetahui materi yang akan dipelajari dan  dapat digunakan sebagai acuan kita dalam menyiapkan diri mengikuti PLPG 2014.

untuk mendapatkan kisi-kisi PLPG 2014 klik link berikut : KISI-KISI PLPG 2014

Selasa, 04 Februari 2014

Untung Rugi Perkembangan TIK di dunia pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
  • dari pelatihan ke penampilan
  • dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja
  • dari kertas ke “on line” atau saluran
  • fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja
  • dari waktu siklus ke waktu nyata     
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu suatu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu :
  1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi;
  2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar;
  3. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.


Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training).
 
 Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu :
  • Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru;
  • Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru
  • Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai :
  • Sesuatu yang sulit dan berat
  • Upaya mengisi kekurangan siswa
  • Satu proses transfer dan penerimaan informasi
  • Proses individual atau soliter
  • Kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi
  • Suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai :
  • Proses alami
  • Proses sosial
  • Proses aktif dan pasif
  • Proses linear dan atau tidak linear
  • Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual
  • Aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa
  • Aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok
Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari :
  • Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
  • Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu :
  • Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran;
  • Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan;
  • Dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain
                               
Adapun keuntungan dan kerugian peranan Teknologi Informasi dan komunikasi seperti yang tertera di bawah ini  :
Keuntungan :
  1. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan.
  2. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.
  3. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
  4. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.
Kerugian :
  1. Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudahterjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
  2. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
  3. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
  4. Masalah geografis, waktu dan sosial ekonomis Indonesia 
  5. Negara Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan, daerah tropis dan pegunungan hal ini akan mempengaruhi terhadap pengembangan infrastruktur pendidikan sehingga dapat menyebabkan distribusi informasi yang tidak merata. 
  6. Mengurangi ketertinggalan dalam  pemanfaatan TIK dalam pendidikan dibandingkan dengan negara berkembang dan negara maju lainnya. 

Jumat, 17 Januari 2014

PEMILU, Sumber korupsi para pejabat pemerintah

DPR disebut KPK sebagai lembaga negara yang paling korup. Sementara partai politik disebut sebagai organisasi yang hidup dan mati untuk korupsi. Jika memang demikian, bagaimana menjelaskan asal-usul korupsi itu?

Partai politik adalah satu-satunya organisasi yang bisa mendapatkan kekuasaan legislatif: mengajukan daftar calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Partai politik bisa mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, serta bupati/walikota dan wakil bupati/wakil wali kota.

Jadi, lembaga legislatif dan eksekutif itu memang jatah partai politik. Itu amanat konstitusi. Jadi, suka tidak suka, harus diterima. Kecuali kalau rumusan UUD 1945 diubah. Tetapi peluang itu terkunci, karena perubahan konstitusi hanya bisa dilakukan oleh dua per tiga anggota MPR yang merupakan gabungan dari DPD dan DPR. Padahal jumlah DPD kurang dari satu per tiga anggota DPR.

Oleh karena itu daripada bermimpi membersihkan lembaga legislatif dan eksekutif dari anasir-anasir partai politik, lebih masuk akal jika kita mengurai masalah: mengapa partai politik dan orang-orang partai politik yang duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif gampang terlibat korupsi? Sekadar karena bermental korup, atau ada faktor lain?

Saya tidak percaya bahwa moralitas dan mentalitas merupakan faktor dominan yang menjadikan anggota parlemen terlibat korupsi. Banyaknya orang baik yang menjadi jahat setelah menjadi anggota legislatif, adalah salah satu petunjuk. Pengakuan dari sejumlah narapidana korupsi, bahwa mereka korupsi karena harus setor uang ke partai politik, adalah petunjuk lain.

Jadi, ini menyangkut sistem. Maksudnya, sistem politik kita memang mendorong anggota legislatif dan pejabat eksekutif untuk melakukan tindakan koruptif. Ada yang tertangkap, tetapi lebih banyak yang sukses karena berhasil mengakali peraturan.

Sistem politik kita memang menciptakan biaya tinggi. Biaya tinggi ini yang harus ditanggung partai politik, anggota legislatif, dan pejabat eksekutif. Bagaimana biaya politik tinggi itu muncul, dan mengapa mereka mesti menanggungnya?

Pertama, penggunaan sistem pemilu proporsional daftar terbuka untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Di sini calon harus membayar biaya pencalonan, kampanye dan saksi. Besarnya biaya pencalonan beda-beda setiap partai politik. Sedang biaya kampanye menjadi berlipat, karena masing-masing calon kampanye habis-habisan karena merasa punya peluang terpilih. Biaya saksi harus dikeluarkan untuk menjaga agar perolehan suara tidak dicuri orang di tengah jalan.

Dalam pemilihan pejabat eksekutif juga terdapat biaya pencalonan yang biasa disebut dengan "uang perahu" atau "uang tali asih". Sedang sistem pemilihan langsung dengan putaran kedua, menjadikan biaya kampanye berlipat, karena calon harus berkampanye dua kali. Karena pemilu dua kali, maka bayar saksi juga harus dua kali.

Kedua, penerapan jadwal pemilu: pemilu legislatif, tiga bulan kemudian disusul pemilu presiden, lalu pilkada di berbagai daerah dengan jadwal berserakan selama empat tahun. Sepertinya hanya ada tiga pemilu, tetapi dalam kurun lima tahun bisa sampai tujuh kali pemilu: pemilu legislatif, pemilu presiden putaran pertama, pemilu presiden putaran kedua, pilkada gubernur putaran pertama, pilkada gubernur putaran kedua, pilkada bupati/walikota putaran pertama, dan pilkada bupati/walikota putaran kedua.

Tentu saja semakin banyak pemilu semakin banyak biaya kampanye yang harus ditanggung partai politik dan calon. Semakin banyak juga biaya saksi yang harus ditanggung. Biaya politik pun jadi berlipat.

Ketiga, tiada pembatasan dana kampanye. Meskipun udang-undang pemilu membuat banyak ketentuan tentang dana kampanye, namun sesungguhnya tidak ada pembatasan dana kampanye. Undang-undang pemilu menyebut adanya pembatasan sumbangan perseorangan dan perusahaan, tetapi karena sumbangan calon dan partai politik tidak dibatasi, maka kententuan itu jadi tak berarti.

Ketiadaannya pembatasan belanja kampanye (baik secara nominal, metode, maupun peralatan), mendorong partai politik dan calon melakukan kampanye besar-besaran. Mereka percaya rumus sederhana: siapa yang berkampanye intensif dan masif, maka mereka akan meraih kursi.

Nah, biaya politik yang demikian tinggi itulah yang harus ditanggung partai politik dan kader-kadernya yang duduk di legislatif maupun eksekutif. Pertama, mereka harus mengumpulkan uang untuk membayar utang dari pemilu yang lalu. Kedua, mereka juga harus mengumpulkan uang untuk persiapan pemilu yang akan datang. Dari mana mereka mendapatkan uang jika tidak memanfaatkan jabatan yang didudukinya?

Senin, 06 Januari 2014

GURU DAERAH TERPENCIL



Jauh dari istri, tidak ada listrik, sinyal handphone sangat jelek dan tidak ada jaringan internet. Sempat ragu menjalankan tugas sebagai guru di SMP 3 Satu Atap Sobang, Kabupaten Lebak-Banten, namun akhirnya menjadi sosok yang memberi hiburan, membuka wawasan, dan pemikiran bagi anak-anak juga masyarakat sekitar, lewat komunitas baca Multatuli.

Komunitas baca itu, bertempat di Kampung Ciseel, Desa Sobang, Kecamatan Sobang, tempat dia tinggal di sela-sela menjalankan tugasnya sebagai guru Bahasa Indonesia. Bapak guru itu namanya Ubaidilah Muchtar. Pak guru Ubai begitu dia biasa dipanggil oleh anak-anak, adalah alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang lulus tahun 2004. Mahasiswa angkatan 1999 itu, dikenal sebagai aktivis mahasiswa, Pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia, aktif di Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK), menghadiri sejumlah aktivitas diskusi, seperti layaknya aktivis kampus di Kota Bandung.

Setelah lulus, sempat menjadi relawan LSM selama dua tahun. Pada tahun 2009, menjadi guru di Kabupaten Lebak. Semula laki-laki yang tinggal di Depok itu ragu, dan kabarnya menangis, melihat kondisi dimana dia ditempatkan. Sempat tidur di masjid, menumpang di sekolah, dan kemudian laki-laki itu memutuskan tinggal di Kampung Ciseel, Desa Sobang, Kecamatan Sobang, lokasi tempat dia tinggal sekitar 50 kilometer dari Kota Rangkasbitung atau sekitar 8 kilometer dari sekolah.

Ke Kampung Ciseel, dari Jakarta naik Kereta Api Jakarta-Rangkasbitung, turun di Rangkas, kemudian melanjutkan naik elf ke pasar Ciminyak sekitar satu jam. Kemudian naik ojeg dari Pasar Ciminyak ke Ciseel Rp30.000-40.000. Tidak ada angkutan kota, kecuali ojek yang tukangnya harus mempunyai keahlian khusus, karena jalannya turun naik, lebarnya 1,5 meter, disisi kiri jalan curam sekitar 15 meter ke dalam.

Dorongan dari istri yang bernama Linda Nurlinda selalu menguatkannya, Ubai bertahan, jiwa aktivis; berbagi dan membangun masyarakat kembali muncul. Sebagai orang yang mencintai sastra, dia mendirikan komunitas baca, 23 Maret dan diberi nama nama Multatuli. Koleksi buku taman baca Multatuli pada mukanya hanya setumpuk buku koleksi Ubai. Tempatnya, di rumah Syarif Hidayat Ketua RT di Kampung Ciseel, tempat Ubai tinggal.
Taman Baca Multatuli, sekarang berkembang menjadi taman bacaan anak-anak. Mereka membaca novel Saidjah-Adinda, mereka membaca buku yang dibawa oleh Ubai dan sumbangan dari sejumlah orang yang senang dengan aktivitas guru muda tersebut, Anak-anak kampung pun semakin terbuka pemikiran, juga karakternya.

Sekarang, banyak anak-anak di Kampung Ciseel yang terhibur dengan membaca buku, banyak yang bercita-cita meneruskan sekolahnya, kalau jadi pejabat bersumpah tidak akan menindas rakyat. Bersumpah, akan membangun Lebak. Bersumpah, kalau berhasil bukan untuk dirinya saja, namun untuk lingkungan yang lebih besar. Catatan perjalanan anak-anak Taman Baca Multatuli, kabarnya akan dibukukan. Kita tunggu.
Barangkali Ubaidilah adalah sosok guru yang bukan hanya mengajar anak-anak di ruang kelas, juga di lingkungan masyarakat demi meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Ubai telah jatuh cinta, dan membuang jauh-jauh mimpi untuk mengajar di kota, dia hanya meminta doa, agar Komunitas Baca Multatuli dan semangat mendidiknya tetap berkobar.

***

Kecamatan Angsana sekitar 68 KM dari kota Kabupaten Pandeglang, dari Ibu Kota Kecamatan sekitar 13 kilometer, menuju Desa Padaherang, disanalan terletak SMPN 2 Angsana. Jalannya berbatu diliputi tanah, kalau musim hujan jalanan berlumpur, terpaksa harus jalan jalan kaki.

Sutisna sejak tahun 2009, ditugaskan di SMP tersebut. Dia salah satu alumni Universitas Pasundan Bandung, Jurusan Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan. Di sekolahnya jumlah guru PNS ada tiga orang plus Kepala Sekolah. Kondisi ini kembali menunjukan bahwa sekolah-sekolah yang terletak di pelosok, banyak terkendala oleh jumlah guru yang minim. Sejumlah SMP, terutama SMP Satap, masih ada yang hanya mempunyai satu orang kepala sekolah dan satu orang guru.

Menjawab persoalan kurangnya guru, biasanya sekolah mengangkat guru honorer, namun diantaranya tidak sesuai kualifikasi. Selain itu jumlahnya pun masih kurang sebanding dengan beban tugas. Tak heran bila banyak guru di tempat terpencil, mengajar sampai 50 jam seminggu. Sering pula guru di kampung mengajar beberapa bidang studi. Kalau di Kota, tentu saja banyaknya jam mengajar berkorelasi dengan tambahan pendapatan, kalau di kampung? Jangan terlalu berharap karena SPP saja banyak yang menunggak.
Pada mulanya, Sutisna mengaku sempat ingin menangis, melihat lokasi dimana dia ditugaskan. Namun, sekarang tidak lagi. Dia merasa jatuh cinta. Dia merasa disana ada sesuatu yang diperjuangkan, menyadarkan pada masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan. Pasalnya masih banyak masyarakat menganggap bahwa mencari uang lebih penting dari sekolah, mereka lebih suka anaknya pergi ke sawah atau ke Jakarta sebagai pembantu rumah tangga, dan pekerjaan kasar lain, persis seperti yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Sutisna menjadi semakin sadar, mengajar tidak hanya di ruang kelas, tidak hanya berhenti ketika bel pulang berbunyi. Kadang Sutisna menerima kedatangan anak-anak yang ingin belajar tambahan seperti Bahasa Inggris, dan keterampilan lain seperti komputer. Tidak dibayar memang, namun anak-anak mengerti, mereka juga membantu Sutisna, ada yang memasak atau membereskan rumah. Disela-sela itu, Sutisna sering memotivasi anak-anak untuk melanjutkan pendidikan.
Pak Guru Sutisna juga biasa keliling kampung, dari rumah ke rumah silaturahmi sambil menyadarkan orangtua betapa pentingnya pendidikan anak-anak mereka. Sesuatu yang amat membahagiakannya, ketika beberapa dari anak didiknya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Sebuah kebanggaan, ketika masyarakat semakin sadar akan arti pentingnya pendidikan,” kata dia.
Di tempat lain, kita menemukan kadang guru di daerah perkotaan di sebuah SMA Negeri/SMP Negeri menumpuk. Beberapa guru, terpaksa tidak mengajar sesuai bidangnya. Kadang, untuk keperluan kenaikan pangkat yang mensyaratkan minimal guru harus mengajar 24 jam, pihak sekolah memanifulasi data, yang penting tercetak 24 jam dan mata pelajaran sesuai dengan izajah.

Pemerataan guru sangat penting, lebih-lebih di kampung dimana sarana dan prasarana sekolah sangat kurang. Sekolah kebanyakan hanya ruang-ruang kelas, persinggungan kemajuan teknologi informasi pun sangat minim. Bila di kota anak-anak sudah terbiasa dengan internet, karena menjamurnya warnet, di kampung bisa jadi hanya mimpi. Bila di kota laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran lumayan ada, di daerah pelosok rata-rata baru sebatas mimpi.

Bila saja guru menyebar, bisa jadi pembelajaran akan menjadi lebih efektif, sayang banyak guru yang tidak betah melakoninya. Segala usaha dilakukan oleh sejumlah guru yang tidak mau ditempatkan di daerah terpencil, termasuk mengeluarkan sejumlah uang.

Pemerintah memang beberapa tahun ini sudah mengeluarkan kebijakan untuk memberi tambahan penghasilan bagi guru yang bertugas di daerah terpencil, namun tidak semuanya mendapatkan. Selain memperhatikan kesejahteraan, pemerintah juga harus menertibkan pemerataan guru agar bisa bertahan bertugas di daerah terpencil, karena tidak mungkin kualitas tercapai sementara ruang-ruang kosong karena tidak ada guru yang mengajar. Peraturan mestinya ditegakan.
Sehingga guru tidak kabur, sistem rotasi juga mesti diberlakukan agar guru tidak hanya menumpuk di kota. Sehingga guru dari daerah terpencil pun bisa mutasi ke kota atau sebaliknya, sehingga ada pengalaman yang banyak dalam mengajar.
Pak Guru Ubai, Pak Guru Sutisna, adalah sosok guru yang mengabdi di daerah terpencil, walau pun tentu masih banyak yang lebih terpencil dari mereka, dengan cerita heroiknya masing-masing. Mereka berdua adalah sosok sarjana Pendidikan yang bertahan di tempat sunyi demi sebuah pekerjaan, mencerdaskan kehidupan Bangsa.

Sutisna, memang masih iri dengan guru-guru yang ada di Kota, rasa itu datang ketika hasratnya melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 kembali muncul. Sutisna ingin melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan dan karir, Namun mimpinya harus tertunda; medan yang tidak dekat, serta merasa kasihan pada murid-muridnya, kalau dia harus meninggalkan mereka, karena kesibukan kuliah.