Rabu, 25 Juli 2012

(Cimot: Cerita Motivasi) Nenek Tua Renta Menangis..


Pagi itu cuaca cerah sekali, matahari bersinar dengan terik. Setiap orang mulai melaksanakan aktivitasnya. Namun kali ini suasana agak ramai, karena penduduk Desa Pangadagan berbondong-bondong ke Balai Desa untuk mengambil jatah Raskin atau beras miskin, yaitu bantuan beras murah dari pemerintah yang seyogyanya ditujukan untuk rakyat yang miskin yang dibagikan setiap minggu sekali. Tapi atas hasil musyawarah pemerintah desa yang disetujui mayoritas penduduk desa akhirnya bantuan Raskin tersebut dibagi rata ke seluruh penduduk desa, bukan hanya penduduk desa yang miskin saja. Dengan demikian seluruh penduduk baik yang kaya maupun miskin tetap memperoleh jatah Raskin.
Mendapatkan beras murah, siapa yang ndak mau aku saja mau he..he... Meskipun sudah diketahui bahwa kualitas beras jatah Raskin tersebut memang tidaklah layak untuk dikonsumsi masyarakat pada umumnya. Selain berwarna kuning dan kusam beras itu berbau kadang juga masih banyak kotoran kulit padi tak jarang juga dijumpai kutu beras. Namun karena harganya yang super murah akupun tetap membelinya, tentunya bukan untuk dikonsumsi sendiri tetapi untuk pakan ternak. Kebetulan ada peliharaan ayam kampung, lele, dan angsa yang sangat lahap untuk menyantap Beras jatah Raskin tersebut.
Setelah mendapatkan tiket Raskin langsung saja aku masuk menerobos masuk kerumunan massa yang saling berebut untuk didahulukan mendapat jatah raskin. Suasana pengap , sesak, dan bau sangat terasa di tengah kerumunan. Terlihat juga banyak ibu-ibu yang menggendong anak kecil, nenek-nenek dan kakek-kakek  tua dalam kerumunan. Mereka saling berdesakan, saling mendorong, tak jarang juga ada yang terinjak. Akhirnya dengan keunggulan tubuhku yang besar dan stamina yang masih fit aku berhasil merengsek menuju loket pembagian Raskin dan segera membawanya pulang.
Aku senang sekali akhirnya bisa mendapatkan Jatah Raskin dengan lebih cepat. Dalam perjalanan pulang aku tercengang dengan pemandangan mengharukan yang ada di depanku. Kulihat  seorang nenek tua renta bersimpuh di tanah menangis –nangis di tepi jalan.
Kudekati nenek itu dan aku bertanya, “ada apa nek, kenapa menangis?”.
“ Itu nak, beras jatah Raskin nenek tumpah. Tadi teserempet motor lalu digilas mobil yang lewat”. Jawab nenek itu sambil menunjukan beras yang berceceran dan sudah bercampur tanah dan lumpur karena tergilas roda kendaraan yang lewat.
Benar saja, rupanya nenek itu baru saja mengambil jatah raskin sepertiku .  Dengan kondisi nenek yang sudah tua renta mungkin keseimbangan tubuhnya tidak kuat menopang tubuhnya apalagi membawa beban sehingga dia terjatuh saat terserempet motor, malangnya lagi beras itu langsung tergilas mobil.
“Sudahlah nek, jangan menangis!” Aku berusaha menenangkan nenek itu.
“Beras itu adalah satu-satunya simpanan makanan nenek selama seminggu, itupun nenek beli dari hasil menjual anyaman bambu yang nenek tabung selama seminggu untuk bisa beli beras ini nak..!” tangisan nenek semakin mengharu biru, aku tercengang dan terharu mendengar pernyataan nenek itu, sungguh miris nasib nenek itu. Raskin yang dibeli dari mengumpulkan uang selama seminggu hilang dalam sekejap.
“sabar ya nek, semoga nanti ada rejeki lagi untuk beli beras!” aku berusaha menenangkan nenek itu kembali.
“sekarang beras itu sudah tidak bisa dimakan lagi, lalu nenek mau makan apa nak? Sedangakan nenek kini hidup sendiri, nenek ndak punya anak, suami nenek sudah lama meninggal” .
Kali ini aku benar-benar dapat merasakan kesedihan nenek itu, mataku berkaca-kaca hampir menangis. Sedih dan haru rasanya mendengar kisah nenek malang itu.Seorang nenek tua renta yang seharusnya bersantai di rumah bermain dengan cucu-cucunya , harus hidup sebatang kara dalam jerat kemiskinan yang entah sampai kapan berakhir. Seharusnya orang-orang seperti ini harus mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan pemerintah. Mereka berhak mendapatkan bantuan kesejahteraan lebih dari masyarakat umum, bukan sekedar jatah raskin.
“Ya sudah nek jangan bersedih, ini beras Raskinku buat nenek. Dan ini ada sedikit uang untuk membeli lauk!” Akhirnya aku berikan jatah raskinku untuk nenek dan kuambil sebagian isi dompetku untuk nenek tua itu.Sebenarnya nenek itu sungkan menerimanya, tetapi setelah aku paksa dia mau menerimanya. Lega rasanya bisa memberikan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.
Seharusnya orang-orang seperti nenek tua itulah yang berhak menerima jatah raskin, mereka lebih membutuhkan daripada aku. Aku seharusnya tidak pantas ditengah kerumunan antrean penerima jatah raskin. Insya Allah , aku masih diberi rezeki lebih untuk sekedar membeli Raskin. Mulai saat ini aku tidak akan mengambil jatah raskinku lagi, karena sebenarnya merekalah orang-orang yang benar-benar membutuhkan yang berhak menerima. Aku benar-benar malu di hadapan nenek itu, seharusnya nenek berhak mendapatkan jatah lebih banyak jika tidak dibagi rata kepada semua penduduk termasuk aku, maafkan aku nek selama ini aku bersalah pada nenek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar