Sabtu, 14 Juli 2012

MENJADI GURU IDAMAN SISWA DI KELAS



Sosok guru sekarang ini lebih banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat dan pemerintah. Dari berita yang paling positif sampai yang paling negatif datang dari pribadi yang menjadi teladan para murid ini. Dari suatu kisah perjuangan guru di daerah terpencil sampai tindakan seorang guru yang berlebihan dalam menghukum muridnya.
Profesi guru, akhir-akhir ini, begitu menjamur. Selain karena mendapatkan apresiasi pemerintah lewat program sertifikasi, pekerjaan menjadi guru sangat laris manis. Tak jarang jika ada lowongan pekerjaan, pos guru selalu banyak dicari oleh para lulusan-lulusan muda. Begitu banyaknya lapangan kerja untuk guru, sehingga proses perekrutan terkesan asal-asalan. Yang penting punya ijazah mengajar.
Hal ini juga didukung oleh para calon guru yang kurang mempunyai jiwa seorang pendidik, hanya sampai pada tahapan pengajar saja. Jadi, tidak sedikit proses belajar mengajar di sekolah terlihat seperti mengejar hasil tertinggi, tanpa memperhatikan proses pembelajaran dalam jangka waktu yang lama.
Menjadi guru profesional dan idaman merupakan cita-cita semua pendidik. Tapi, tidak semua guru mau menjalani proses menuju ke tingkatan tertinggi ini. Kriteria profesional dan idaman dapat dicapai dengan menjadi sosok guru yang sabar, cerdas, humoris, perhatian, dan kreatif. Profesional dalam bidangnya dan idaman karena kepribadiannya yang menginspirasi.

1. Sabar
Menjadi guru yang sabar adalah tahapan pertama yang harus dilalui. Sabar adalah refleksi dari jiwa menahan dari apa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan sekaligus menguatkan diri untuk terus berusaha meraih apa yang diinginkan (Shively, 2006 yang dikutip dalam Oktaberlina, 2010). Dalam hal ini, guru harus bisa menjadi pribadi yang realistis dengan memahami bahwa kondisi setiap siswanya berbeda antara satu dengan yang lain.
Guru mesti bisa melakukan proses pembimbingan terhadap apa yang siswa sudah tahu dan secara perlahan melalui pembekalan, guru bisa menambah ilmu yang akan diberikan. Selain itu, guru harus sabar dalam mengevaluasi kembali semua skenario pengajaran yang telah dilakukan dan memperbaikinya. Hasilnya, dengan bermodalkan kesabaran, insya Allah dapat memetik kemenangan karena mampu menaklukkan hal-hal yang tidak diharapkan di dalam kelas lewat solusi-solusi bijak dan cerdas.
2. Cerdas
Membawa guru menjadi pribadi yang mempunyai kapasiltas keilmuan yang lebih daripada siswa. Meski tidak jarang, sekarang, banyak siswa yang kecerdasannya melebihi guru. “You are what you say.” Kapasitas seseorang sangatlah ditentukan dari cara dia berbicara.
Pada tingkatan kedua ini guru harus memperkaya khazanah keilmuannya dengan selalu belajar melalui sumber-sumber keilmuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu itu sendiri. Karena semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang, maka semakin tinggilah kualitas mengajarnya berdasarkan pertimbangannya dalam memilih materi yang disampaikan dengan menampilkan logika berbicara yang mudah untuk dipahami.
Dengan demikian, melalui kerangka berpikir guru yang ditampilkan saat proses belajar mengajar, kerangka berpikir para siswa dapat terbentuk yang nantinya sangat berperan pada pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan. Tapi, perlu dijadikan catatan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba, melainkan sesuatu yang harus diupayakan. Dengan kata lain, menjadi guru yang cerdas atau menjadikan siswa cerdas membutuhkan proses yang tidak singkat.
3. Humoris
Guru yang humoris harus bisa membuat suasana belajar menjadi nyaman dan menyenangkan. Guru yang memiliki nilai humor dapat menjadikan lingkungan sekitar bebas dari rasa takut. Menurut Lowman (1990) yang dikutip dalam Oktaberlina (2010), penciptaan lingkungan yang bebas dari rasa takut (stress free environment) sangatlah mendukung proses belajar siswa.
Dengan demikian, peserta didik yang tidak takut dan tertekan akan berani mengambil resiko untuk terus belajar, meski kadang melakukan kesalahan. Hal ini (melakukan kesalahan) menjadikan siswa tahu mana yang benar dan mana yang bisa dikembangkan. Pada akhirnya, siswa akan selalu termotivasi dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam proses pembelajaran.
4. Perhatian
Pada tahapan keempat, guru atau pendidik harus memiliki sense of caring. Dalam hal ini, peran guru sebagai pemerhati suasana kelas atau keadaan siswa ketika belajar menjadi hal yang utama. Ketika menjalankan peran seperti ini, mereka harus tahu kapan berhenti atau terus dalam menjalankan roda pengajaran di dalam kelas. Dengan kata lain, guru harus mampu melakukan pendekatan kepada siswa yang terlihat kesulitan dalam belajar. Selain itu, guru harus bisa menjelaskan materi berikutnya ketika semua siswa sudah bisa mengikuti dan siap menerima.
Hubungan antar siswa dengan guru yang harus dijaga baik, menjadikan guru perlu mempelajari ilmu konseling. Ilmu ini sangat berguna ketika siswa menjadikan guru sebagai sosok yang diharapkan dan dipercaya. Perhatian guru terhadap siswanya bisa berupa pemberian solusi/jawaban terhadap kesulitan belajar mereka dan berupa pengakuan dalam bentuk pujian. Pemberian pujian terhadap siswa yang melakukan kebaikan dalam belajarnya, memotivasi siswa lain melakukan hal yang serupa. Dan bagi siswa yang melakukan kesalahan, mereka mengetahui hal yang benar tanpa merasa dinasehati oleh guru. Dengan demikian, mereka dapat belajar melalui kesalahan yang dilakukan sebelumnya (learning from mistake).
5. Kreatif
Saat guru yang humoris dapat menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan melalui lingkungan yang bebas rasa takut, guru yang kreatif bisa menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan melalui sistem pengajaran yang bervariasi. Guru yang kreatif harus bisa mengimplementasikan metode pengajaran yang berbeda-beda, misalnya metode klasikal, diskusi, class project, excursion, dan lain-lain; yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan apa yang disampaikan.
Dengan demikian, kehadiran pendidik yang kreatif akan benar-benar ditunggu oleh anak didiknya. Semakin bersemangat siswa belajar, semakin tertantang pula mereka untuk membuat gurunya bangga.
Kesimpulannya, untuk menjadi sosok pendidik profesional dan idaman bagi para siswa tidaklah sulit selama guru mau belajar dari proses yang dialami. Jangan hanya terpaku oleh hasil ulangan siswa yang kurang memuaskan. Melainkan lebih kepada suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan serta respon siswa memiliki guru yang sabar, cerdas, humoris, perhatian, dan kreatif.
Guru dikatakan biasa ketika dia hanya bisa memberitahu. Guru dikatakan baik ketika dia bisa menerangkan. Guru dikatakan superior ketika dia bisa mendemonstrasikan. Guru dikatakan besar ketika dia mampu memberikan inspirasi. Semoga para guru bisa menjadi besar dengan inspirasi yang mereka berikan kepada setiap anak didiknya. Amin

2 komentar: