Sosok guru sekarang ini lebih banyak mendapatkan
perhatian dari masyarakat dan pemerintah. Dari berita yang paling positif
sampai yang paling negatif datang dari pribadi yang menjadi teladan para murid
ini. Dari suatu kisah perjuangan guru di daerah terpencil sampai tindakan
seorang guru yang berlebihan dalam menghukum muridnya.
Profesi guru, akhir-akhir ini, begitu menjamur. Selain
karena mendapatkan apresiasi pemerintah lewat program sertifikasi, pekerjaan
menjadi guru sangat laris manis. Tak jarang jika ada lowongan pekerjaan,
pos guru selalu banyak dicari oleh para lulusan-lulusan muda. Begitu banyaknya
lapangan kerja untuk guru, sehingga proses perekrutan terkesan asal-asalan.
Yang penting punya ijazah mengajar.
Hal ini juga didukung oleh para calon guru yang kurang
mempunyai jiwa seorang pendidik, hanya sampai pada tahapan pengajar saja. Jadi,
tidak sedikit proses belajar mengajar di sekolah terlihat seperti mengejar
hasil tertinggi, tanpa memperhatikan proses pembelajaran dalam jangka waktu
yang lama.
Menjadi guru profesional dan idaman merupakan
cita-cita semua pendidik. Tapi, tidak semua guru mau menjalani proses menuju ke
tingkatan tertinggi ini. Kriteria profesional dan idaman dapat dicapai dengan
menjadi sosok guru yang sabar, cerdas, humoris, perhatian, dan kreatif.
Profesional dalam bidangnya dan idaman karena kepribadiannya yang
menginspirasi.
1. Sabar
Menjadi guru yang sabar adalah tahapan pertama yang
harus dilalui. Sabar adalah refleksi dari jiwa menahan dari apa yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan sekaligus menguatkan diri untuk terus
berusaha meraih apa yang diinginkan (Shively, 2006 yang dikutip dalam
Oktaberlina, 2010). Dalam hal ini, guru harus bisa menjadi pribadi yang
realistis dengan memahami bahwa kondisi setiap siswanya berbeda antara satu
dengan yang lain.
Guru mesti bisa melakukan proses pembimbingan terhadap
apa yang siswa sudah tahu dan secara perlahan melalui pembekalan, guru bisa
menambah ilmu yang akan diberikan. Selain itu, guru harus sabar dalam
mengevaluasi kembali semua skenario pengajaran yang telah dilakukan dan
memperbaikinya. Hasilnya, dengan bermodalkan kesabaran, insya Allah dapat
memetik kemenangan karena mampu menaklukkan hal-hal yang tidak diharapkan di
dalam kelas lewat solusi-solusi bijak dan cerdas.
2. Cerdas
Membawa guru menjadi pribadi yang mempunyai kapasiltas
keilmuan yang lebih daripada siswa. Meski tidak jarang, sekarang, banyak siswa
yang kecerdasannya melebihi guru. “You are what you say.” Kapasitas
seseorang sangatlah ditentukan dari cara dia berbicara.
Pada tingkatan kedua ini guru harus memperkaya
khazanah keilmuannya dengan selalu belajar melalui sumber-sumber keilmuan yang
sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu itu sendiri. Karena
semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang, maka semakin tinggilah kualitas
mengajarnya berdasarkan pertimbangannya dalam memilih materi yang disampaikan
dengan menampilkan logika berbicara yang mudah untuk dipahami.
Dengan demikian, melalui kerangka berpikir guru yang
ditampilkan saat proses belajar mengajar, kerangka berpikir para siswa dapat
terbentuk yang nantinya sangat berperan pada pemahaman mereka terhadap materi
yang diberikan. Tapi, perlu dijadikan catatan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu
yang datang dengan tiba-tiba, melainkan sesuatu yang harus diupayakan. Dengan
kata lain, menjadi guru yang cerdas atau menjadikan siswa cerdas membutuhkan
proses yang tidak singkat.
3. Humoris
Guru yang humoris harus bisa membuat suasana belajar
menjadi nyaman dan menyenangkan. Guru yang memiliki nilai humor dapat
menjadikan lingkungan sekitar bebas dari rasa takut. Menurut Lowman (1990) yang
dikutip dalam Oktaberlina (2010), penciptaan lingkungan yang bebas dari rasa
takut (stress free environment) sangatlah mendukung proses belajar
siswa.
Dengan demikian, peserta didik yang tidak takut dan
tertekan akan berani mengambil resiko untuk terus belajar, meski kadang
melakukan kesalahan. Hal ini (melakukan kesalahan) menjadikan siswa tahu mana
yang benar dan mana yang bisa dikembangkan. Pada akhirnya, siswa akan selalu
termotivasi dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam proses
pembelajaran.
4. Perhatian
Pada tahapan keempat, guru atau pendidik harus
memiliki sense of caring. Dalam hal ini, peran guru sebagai pemerhati
suasana kelas atau keadaan siswa ketika belajar menjadi hal yang utama. Ketika
menjalankan peran seperti ini, mereka harus tahu kapan berhenti atau terus
dalam menjalankan roda pengajaran di dalam kelas. Dengan kata lain, guru harus
mampu melakukan pendekatan kepada siswa yang terlihat kesulitan dalam belajar.
Selain itu, guru harus bisa menjelaskan materi berikutnya ketika semua siswa
sudah bisa mengikuti dan siap menerima.
Hubungan antar siswa dengan guru yang harus dijaga
baik, menjadikan guru perlu mempelajari ilmu konseling. Ilmu ini sangat berguna
ketika siswa menjadikan guru sebagai sosok yang diharapkan dan dipercaya.
Perhatian guru terhadap siswanya bisa berupa pemberian solusi/jawaban terhadap
kesulitan belajar mereka dan berupa pengakuan dalam bentuk pujian. Pemberian
pujian terhadap siswa yang melakukan kebaikan dalam belajarnya, memotivasi
siswa lain melakukan hal yang serupa. Dan bagi siswa yang melakukan kesalahan,
mereka mengetahui hal yang benar tanpa merasa dinasehati oleh guru. Dengan
demikian, mereka dapat belajar melalui kesalahan yang dilakukan sebelumnya
(learning from mistake).
5. Kreatif
Saat guru yang humoris dapat menciptakan suasana
pengajaran yang menyenangkan melalui lingkungan yang bebas rasa takut, guru
yang kreatif bisa menciptakan suasana pengajaran yang menyenangkan melalui
sistem pengajaran yang bervariasi. Guru yang kreatif harus bisa
mengimplementasikan metode pengajaran yang berbeda-beda, misalnya metode
klasikal, diskusi, class project, excursion, dan lain-lain; yang
disesuaikan dengan kondisi siswa dan apa yang disampaikan.
Dengan demikian, kehadiran pendidik yang kreatif akan
benar-benar ditunggu oleh anak didiknya. Semakin bersemangat siswa belajar,
semakin tertantang pula mereka untuk membuat gurunya bangga.
Kesimpulannya, untuk menjadi sosok pendidik
profesional dan idaman bagi para siswa tidaklah sulit selama guru mau belajar
dari proses yang dialami. Jangan hanya terpaku oleh hasil ulangan siswa yang
kurang memuaskan. Melainkan lebih kepada suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan serta respon siswa memiliki guru yang sabar, cerdas, humoris,
perhatian, dan kreatif.
Guru dikatakan biasa ketika dia hanya bisa
memberitahu. Guru dikatakan baik ketika dia bisa menerangkan. Guru dikatakan
superior ketika dia bisa mendemonstrasikan. Guru dikatakan besar ketika dia
mampu memberikan inspirasi. Semoga para guru bisa menjadi besar dengan
inspirasi yang mereka berikan kepada setiap anak didiknya. Amin
Kurang satu Mba....CANTIK
BalasHapusLuar biasa inspiratif sekali...
BalasHapus