Oktafian BL (Tokoh Muda Bidang Pendidikan) |
Kaum
muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia,
baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah
menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan
untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia telah
meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam
pembukaan UUD 1945.
Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk
mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun
kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi
konstitutional (constitutional democracy)
berdasarkan Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak
permasalahan, tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus
dihadapi. Masalah-masalah yang harus kita hadapi itu beraneka ragam corak dan
dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula
masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa
depan kita. Dalam menghadapi beraneka persoalan tersebut, selalu ada kecemasan,
kekhawatiran, atau bahkan ketakutan-ketakutan sebagai akibat kealfaan atau
kesalahan yang kita lakukan atau sebagai akibat hal-hal yang berada di luar
jangkauan kemampuan kita, seperti karena terjadinya bencana alam atau karena
terjadinya krisis keuangan di negara lain yang berpengaruh terhadap
perekonomian kita di dalam negeri.
Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir
sejak kebangkitan nasional, selama 84 tahun terakhir sejak sumpah pemuda,
selama 67 tahun terakhir sejak kemerdekaan, ataupun selama 14 tahun terakhir
sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi masih jauh
lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. Saking banyaknya
permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh
kesah tentang kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi
yang seolah-olah tidak tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk
mengatasi keadaan.
Lebih-lebih selama 8 tahun terakhir ini, demikian
banyak bencana yang datang bertubi-tubi, baik karena faktor alam maupun karena
faktor kesalahan manusia. Bencana alam seperti tsunami di Aceh dan Nias
dipandang sebagai bencana kemanusiaan yang tergolong sangat luar biasa skalanya
dalam sejarah umat manusia. Bencana tsunami itu disusul pula oleh berbagai
gempa bumi di berbagai daerah dan meletusnya Gunung Merapi yang juga menimbulkan
banyak korban di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Segala jenis bencana alam tersebut
tentunya juga sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian rakyat, tidak
saja di daerah bencana, tetapi juga secara luas di seluruh Indonesia.
Namun, belum lagi usai pahit getirnya akibat
bencana-bencana tersebut sekarang muncul lagi bencana baru berupa ancaman
krisis perekonomian sebagai akibat terjadinya krisis keuangan dan Amerika
Serikat. Tidak realistis untuk menganggap bahwa krisis keuangan di Amerika
Serikat itu tidak akan berpengaruh ke dalam perekonomian bangsa kita di
Indonesia. Tidaklah bertanggungjawab jika kita hanya berpangku tangan atau
bersikap tidak perduli, meskipun kita juga tidak boleh menjadi panik sebagai
akibat gejolak yang sedang terjadi di dunia.
Di samping perkembangan yang bersifat eksternal
tersebut di atas, kita pun perlu terus mencermati dinamika perkembangan
politik, ekonomi, dan sosial budaya di daerah-daerah dan di tingkat nasional
kita sendiri. Perkembangan kegiatan berpemerintahan dan bernegara setelah
sepuluh tahun terus menerus bergerak cepat, memerlukan langkah-langkah
konsolidasi yang tersistematisasikan. Berbagai fungsi yang bersifat tumpang
tindih perlu ditata ulang. Berbagai kegiatan yang alfa dikerjakan, perlu
ditangani dengan cara yang lebih baik.
Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri
yaitu untuk mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki
keadaan dan meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap
anak bangsa perlu bertekad melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing
melebihi apa yang seharusnya dikerjakan, dengan hanya mengambil hak tidak
melebihi hak yang memang seharusnya diterima.
Untuk itulah melalui ruang di website kesayangan kita ini. saya berusaha menuangkan pikiran-pikiran saya semoga bisa menjadi telaah bagi kita bersama untuk memajukan bangsa dan negara indonesia tercinta.
Pandangan Penulis:
Indonesia Butuh Pemimpin MudaAnak Miskin Harus Tetap sekolah
Mantap gan,,,
BalasHapus