Kampanye bertemakan "Stop Beri Uang dan Jadilah Sahabat
Anak Jalanan", yang bertujuan agar masyarakat berhenti memberikan uang
pada anak jalanan masih terus berlangsung di Jakarta.
(ANTARA) "Jalanan bukan tempat yang layak untuk anak-anak. Ketika kita
memberikan uang, maka mereka akan merasa betah di jalan karena bisa
mendapatkan uang dengan cara yang instan," kata pengurus Yayasan
Komunitas Sahabat Anak, Alles Saragi di Jakarta, Kamis.
Yayasan Sahabat Anak itu, yang merupakan sebuah komunitas peduli anak
telah lama melangsungkan kampanye tersebut dan akan terus dilakukan
secara berkelanjutan.
Menurut Alles, sebagian besar anak jalanan memiliki pola pikir jangka
pendek. Mereka cenderung memikirkan kehidupan mereka sehari-hari,
bagaimana caranya mereka bisa mendapat uang untuk makan. Penghasilan
mereka pun cukup tinggi, dalam sehari mereka bisa mengumpulkan uang
hingga Rp200.000.
"Ini yang membuat mereka senang berada di jalanan, sebulan mereka
bisa memiliki penghasilan hingga Rp1,2 juta. Mereka jadi malas beranjak
karena mereka sudah mengerti arti uang," katanya.
Menurut Alles, tempat mereka sebenarnya bukanlah di jalanan untuk
bekerja. Mereka tidak tahu sebenarnya mereka memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan dan cita-cita. Jika masyarakat ingin membantu
menyejahterakan anak-anak jalanan bukan dengan memberi mereka uang.
Tetapi membantu mereka mencapai masa depan lebih baik.
"Jangan memberikan uang kepada anak jalanan, sebagian orang berfikir
itu dapat membantu mereka, padahal itu bisa menimbulkan masalah baru
bagi mereka." ucapnya.
Teladan
Aless juga mengatakan, anak-anak jalanan membutuhkan sosok teladan
bagi mereka, bukan uang. Ketika mereka bertemu dengan voluntir Yayasan
Komunitas Sahabat Anak, mereka menemukan sosok untuk dijadikan contoh,
sehingga mereka bisa memiliki mimpi.
"Dari mimpi itu, mereka akan menemukan motivasi untuk sekolah.
Sebenarnya tugas kita adalah memberikan mereka motivasi untuk mau
belajar. Sosok teladan tidak bisa mereka temukan di jalanan," katanya.
Yayasan Komunitas Sahabat Anak menjangkau pada anak-anak jalanan
untuk mau masuk ke sekolah informal dan belajar di sana. Anak jalanan
banyak yang tidak sekolah, sebagian dari mereka mengalami putus sekolah.
"Ketika mereka masuk sekolah informal, banyak dari mereka yang tidak
memiliki kemampuan calistung (baca, tulis, hitung, red) meski ada
sebagian yang memiliki kemampuan calistung tetapi masih kurang,"
katanya.
Ia juga mengatakan, ada mata pelajaran pendidikan karakter untuk anak
jalanan di sekolah informal yang dimiliki oleh Yayasan Komunitas
Sahabat Anak.
"Jalanan memiliki dampak buruk bagi mereka, tetapi dengan adanya
pendidikan karakter terlihat perubahan dari perilaku mereka," tambah
Alles
Tidak ada komentar:
Posting Komentar